Monday, October 10, 2011

Mengintip Negara Tetangga Singapore


Singapore merupakan negara pulau yang sangat fenomenal dimana merupakan pusat keuangan terdepan keempat di dunia dan sebuah kota dunia kosmopolitan yang memainkan peran penting dalam perdagangan dan keuangan internasional.

Singapura dinobatkan oleh konsultan AT Kearney sebagai negara yang paling terglobalisasi, dengan karakteristik terbuka, kompetitif dan inovatif. Padahal, negara ini hanyalah sebuah pulau kecil yang tidak memiliki kekayaan alam dengan lima juta orang yang tinggal berdesak-desakan. Ada dua yang menjadi modal utama majunya negara ini, yaitu lokasi yang strategis sebagai pelabuhan internasional dan kemampuan bersyukur yang diajarkan oleh para pemimpinnya. Dengan modal yang terbatas hanya pada lokasi, negara ini memanfaatkan segala yang dimilikinya untuk menjadi salah satu pusat ekonomi global. Pelabuhannya merupakan salah satu dari lima pelabuhan tersibuk di dunia. Singapura juga merupakan salah satu dari empat pusat keuangan dunia terbesar, bersama-sama dengan London, New York dan Tokyo. 42% dari penduduk Singapura adalah orang asing (orang global). Sebagian dari mereka bekerja di perusahaan-perusahaan multinasional yang melakukan investasi langsung di negara tersebut. Sebagian lagi belajar di universitas-universitas bekerja sama dengan universitas terkemuka di Amerika dan Eropa, dan sebagian staf pengajarnya merupakan orang asing pula. Dengan kegiatan perdagangan dan pelayanan internasional, Singapura berhasil menjadi salah satu pengumpul cadangan devisa terbesar di dunia. Singapura adalah negara yang berhasil memanfaatkan sepenuhnya globalisasi.



Mengingat masa lalu yang pernah dialami singapura yang pernah dijajah Inggris. Singapura kini mampu menjadi pemenang di era globalisasi kawasan Asia Tenggara. Sebelum merdeka tahun 1965, Singapura adalah pelabuhan dagang yang beragam dengan PDB per kapita $511, tertinggi ketiga di Asia Timur pada saat itu. Setelah merdeka, investasi secara langsung dan usaha pemerintah untuk industrialisasi berdasarkan rencana bekas Deputi Perdana Menteri Dr. Goh Keng Swee membentuk ekonomi Singapura saat ini.

Economist Intelligence Units dalam "Indeks Kualitas Hidup" menempatkan Singapura pada peringkat satu kualitas hidup terbaik di Asia dan kesebelas di dunia. Singapura memiliki cadangan devisa terbesar kesembilan di dunia. Negara ini juga memiliki angkatan bersenjata yang maju.
Setelah PDB-nya berkurang -6.8% pada kuartal ke-4 tahun 2009, Singapura mendapatkan gelar pertumbuhan ekonomi tercepat di dunia, dengan pertumbuhan PDB 17.9% pada pertengahan pertama 2010.

Bidang Kesehatan

Dari sekian banyak cerita tentang singapura, salah satunya terkadang banyak media memberitakan para selebriti ataupun para pejabat berobat ke singapura. Alasannya banyaknya orang di kawasan Asia Tenggara ini banyak Memilih Singapura yaitu memiliki bandara internasional terbaik, maskapai terbaik, dan pelabuhan tersibuk di dunia barulah permulaan dari standar dan prestasi kelas dunia singapura. 

Keunggulan, Keamanan dan Kepercayaan

Pelayanan klinis di Singapura mengedepankan keunggulan, keselamatan dan kepercayaan, dengan fasilitas berakreditasi internasional dan dokter-dokter yang terlatih diberbagai pusat kesehatan terbaik di dunia. Sistem pelayanan kesehatan Singapura menduduki peringkat keenam terbaik dunia dan teratas di Asia menurut Organisasi Kesehatan Dunia WHO tahun 2000. Di samping itu, 13 rumah sakit dan pusat kesehatan di Singapura telah mendapat akreditasi Joint Commission International (JCI).

Transparansi Sistem

Departemen Kesehatan Singapura menjaga sistem perawatan kesehatan yang transparan dengan mempublikasikan secara online informasi dan statistik vital seperti statistik pengendalian infeksi dan rata-rata biaya rumah sakit untuk prosedur perawatan umum. Dengan transparansi ini profesional medis dapat merespons secara efektif dan cepat skenario yang selalu berubah-ubah dan pasien dapat mengambil keputusan dengan pertimbangan yang lebih matang terkait pilihan perawatan mereka.

Pusat Medis Terkemuka

Singapura adalah pusat medis regional yang kaya sisi, tidak hanya bagi pelayanan perawatan kesehatan tetapi juga sebagai tempat bertemunya para pakar medis untuk konferensi dan pelatihan, sebagai basis konsultasi perawatan kesehatan dan manajemen operasi, dan sebagai pusat penelitian dan uji coba klinis.

Keunggulan Pelayanan

Penyedia pelayanan kesehatan di Singapura berfokus pada pelanggan dan berkomitmen untuk menghadirkan layanan yang efisien dengan bantuan teknologi maju dalam lingkungan pelayanan kesehatan yang terkelola dengan baik. Kebanyakan fasilitas pelayanan kesehatan di Singapura memiliki Pusat Pelayanan Pasien Internasional khusus untuk menangani kebutuhan pasien internasional, mulai dari pencarian informasi awal dan sambutan di bandara, hingga layanan penerjemah dan dukungan bagi keluarga pasien, pemulangan pasien dan tindak lanjut pasca perawatan setelah pasien pulang ke negaranya.
Penyedia perawatan kesehatan terbaik Singapura memiliki fasilitas yang setara dengan hotel bintang lima. Pasien dirawat dan memulihkan diri di lingkungan yang eksklusif dan berprivasi.

Keterjangkauan

Biaya menjadi pertimbangan penting bagi banyak pasien internasional. Misalnya, bagi pasien tanpa asuransi atau berasuransi kecil dari Amerika, perawatan di Singapura hanya memakan biaya kurang lebih seperlima dibandingkan biaya di negara asal mereka. Biaya tersebut setara dengan biaya yang diberikan oleh tujuan-tujuan wisata medis Asia terkemuka lainnya. Bahkan setelah menghitung biaya akomodasi dan perjalanan bagi pasien dan pendampingnya, biaya yang dapat dihemat masih cukup signifikan. Di samping biaya yang terjangkau ini, pasien di Singapura dijamin menikmati perawatan kelas dunia dan hasil klinis yang memuaskan.

Aksesibilitas dan Kenyamanan

Singapura adalah kota internasional yang menyambut orang dari segala budaya. Bandara Internasional Changi yang menghubungkan 180 kota diseluruh dunia, yang menjadikan Singapura sebagai negara yang sangat mudah diakses. Transportasi dan aksesibilitas di negara ini juga tidak kalah mudah dan nyaman. Bahasa Inggris menjadi bahasa utama untuk pendidikan dan bisnis, dan orang di Singapura tinggal dalam lingkungan yang sangat aman dengan tingkat kriminalitas yang rendah. Di kota yang mengakomodasi beragaman etnis dan budaya ini, pasien dari semua bangsa dan keyakinan akan dengan mudah menemukan orang lain yang bertutur dengan bahasa mereka atau memiliki kesamaan agama.

Ketenangan Pikiran Saat Kesehatan Dibutuhkan

Pengunjung di Singapura dijamin menikmati perawatan medis kelas dunia dalam lingkungan yang aman dan mengakomodasi keragaman budaya dan agama. Singapura benar-benar sebuah tujuan bagi wisatawan medis agar mereka dapat menikmati ketenangan pikiran saat kesehatan dibutuhkan.

Transportasi

Sedikit membahas transportasi yang ada di Singapura. Transportasi singapura dihitung paling cukup maju dan berkembang di Asia Tenggara termasuk Indonesia.

Sistem transportasi yang terintegrasi dengan pembangunan kawasan komersial dan permukiman merupakan kunci dari kesuksesan dalam manajemen transportasi di Singapura. Dan untuk melaksanakan sistem transportasi terintegrasi dengan perencanaan penggunaan lahan, Pemerintah Kota Singapura bekerja sama erat dengan berbagai pihak terkait dan tentunya serius (baca : tanpa Korupsi dan Kolusi).


Di Singapura, MRT melayani 120 km dengan 85 stasiun, Light Rail Transit (LRT) melayani 29 km dan 43 stasiun, yang setiap harinya melayani 1,9 juta penduduk. Serta 4.000 armada bus dengan 370 rute melayani 3,1 juta penduduk serta 24.000 unit taksi yang melayani 900 ribu penduduk.

Tak diragukan lagi, sistem transportasi massal (MRT – Mass Rapid Transportation) di Singapura memang pantas disebut sebagai salah satu yang terbaik. Efisiensi, ketepatan waktu, kemudahan, integrasi, dan kenyamanannya memang patut diacungi jempol.

Sebagai pelancong yang mengandalkan layanan transportasi publik selama disana, saya sangat terbantu. Belum lagi soal papan petunjuk dan peta yang dapat dengan mudah ditemukan di setiap sudut, membuat orang yang nekad melancong tanpa rencana dan tujuan-pun bisa mendapatkan pencerahan hendak ke mana.

Sistem transportasi MRT dibangun pada November 1987 dan menjadi sistem transportasi tertua kedua di Asia Tenggara setelah sistem transportasi LRT di Filipina. Stasiun dan jalur-jalur MRT berada di bawah tanah (juga ada yg di atas – skytrain) dan memiliki sisitem pelindung dari goncangan gempa dan bom, menjangkau hampir seluruh pelosok Singapura dari barat-timur hingga selatan-utara.

Stasiun-stasiun MRT memiliki pendingin udara, sehingga kita ndak perlu khawatir kepanasan, meski di dalam terdapat banyak orang. Selain itu suasananya sangat bersih dan rapi jali. Semua perangkat sangat terawat dan berfungsi sempurna sehingga seolah-olah terlihat selalu baru.

Untuk naik MRT, ada beberapa cara, yaitu dengan membeli tiket sekali jalan yang bisa dibeli di mesin tiket swalayan (kiosk), atau membeli kartu tiket EZ-link RF-ID yang bisa diisi ulang. Tidak ada unsur manusia (kondektur yang menarik ongkos atau memeriksa karcis), kecuali para pelayan yang membantu mengoperasikan kiosk dan di counter pembelian kartu tiket.


Dengan menggunakan kartu, sangat mempermudah dalam penghitungan ongkos dan efisiensi. Penghitungan ongkos dilakukan dengan menggunakan sistem poin, misalnya kita berangkat dari stasiun/terminal A ke stasiun/terminal D. Jika A bernilai poin 7, dan D bernilai poin 4, maka ongkos yang harus dibayar adalah selisih dari poin ini (bukan dari jarak), yaitu 3.

Jarak yang dekat bukan berarti lebih murah. Nah, dengan poin bernilai 3 ini ongkosnya bisa dilihat di tabel yang juga terpampang jelas. Ongkos menggunakan kartu lebih murah daripada membeli tiket atau langsung menggunakan koin. Untuk pembayaran menggunakan koin dan tiket sekali jalan, cara membayarnya hampir sama kayak kita membayar ongkos kendaraan umum hanya saja kita membeli kartu-nya via mesin sejenis mesin ATM.

Ketika hendak naik kereta MRT, kita harus menempelkan kartu ke mesin (saya menggunakan kartu tiket) untuk membuka gerbang dan mencatat lokasi kita. Jika ongkos di kartu tidak mencukupi, gerbang tidak akan terbuka dan akan memberikan peringatan.

Tiket elektronik berbentuk kartu ini menggunakan teknologi contactless smart card yang berbasis pada teknologi frekuensi radio (RF-ID). Kartu sejenis yang menggunakan teknologi ini adalah kartu Flazz BCA untuk pembayaran. Dengan hanya mendekatkan kartu ke mesin, maka data di kartu akan terbaca. Beberapa kali saya melihat orang-orang menempelkan dompet atau tas mereka yang menyimpan kartu ini ke mesin, dan mesin bisa membaca kartu ini tanpa mengeluarkannya.

Ketika kita turun dan keluar dari stasiun, kita juga harus menempelkan kartu ini ke mesin untuk membuka gerbang dan memberi tahu posisi kita sehingga jarak tempuh bisa dihitung dan ongkos langsung dipotong dari uang deposit. Ongkosnya cukup murah, paling mahal sekitar SG$ 2(rata-rata cuma kurang dari SG$ 1).


Kereta subway MRT bisa dibilang tidak dapat terlihat bentuknya karena jalur-jalur kereta tertutupi oleh pintu-pintu kaca otomatis. Saya melihat berbagai petunjuk, mulai dari peta rute, layar LCD dan dot matrix yang memberikan petunjuk jalur, arah, hingga perkiraan waktu tiba kereta.

Orang-orang Singapura itu mau tertib antre, mendahulukan yang keluar dan masuk dengan teratur. Meski ramai dan berdesak-desakan, tapi sangat tertib dan rapi. Bahkan di tengah derap langkah kaki, hampir tidak ada suara manusia. Rame tapi sunyi saya bilang. Umpel-umpelan tapi teratur. Itu sebabnya masyarakat lebih suka naik transportasi umum daripada harus naik mobil pribadi kemana-mana.

Ekonomi

Berkas:Psa keppel.JPGSingapura memiliki ekonomi pasar yang sangat maju, yang secara historis berputar di sekitar perdagangan entrepôt. Bersama Hong Kong, Korea Selatan dan Taiwan. Singapura adalah satu dari Empat Macan Asia. Ekonominya sangat bergantung pada ekspor dan pengolahan barang impor, khususnya di bidang manufaktur yang mewakili 26% PDB Singapura tahun 2005 dan meliputi sektor elektronik, pengolahan minyak Bumi, bahan kimia, teknik mekanik dan ilmu biomedis. Tahun 2006, Singapura memproduksi sekitar 10% keluaran wafer dunia. Singapura memiliki salah satu pelabuhan tersibuk dunia dan merupakan pusat pertukaran mata uang asing terbesar keempat di dunia setelah London, New York dan Tokyo. Bank dunia menempatkan Singapura pada peringkat hub logistik teratas dunia.

Realita Kehidupan di Singapura

Hidup adalah persaingan

Kebiasaan bersaing merupakan kebiasaan yang sudah ditanamkan sejak anak masih kecil. Sistem pendidikan di SD membagi kelas menjadi EM1, EM2, dan EM3, berdasarkan prestasi murid. EM1 untuk anak yang pintar, EM2 untuk yang sedang, dan EM3 untuk yang bodoh. Biasanya hanya murid yang berasal dari EM1 dan EM2 yang dapat masuk kelas akselerasi pada saat masuk SMP, sedangkan EM3 masuk ke kelas normal. Hanya lulusan kelas akselerasi dan satu lulusan terbaik kelas normal yang dapat masuk ke Junior College (JC) dan memiliki peluang besar untuk melanjutkan ke universitas. Peringkat berikutnya masuk ke politeknik dan hanya lulusan terbaiknya yang bisa ke universitas. Sisanya masuk ke ITE, suatu sekolah kejuruan yang merupakan pendidikan terminal. Lulusannya tidak dapat melanjutkan ke perguruan tinggi. Setelah lulus mereka bekerja di bidang yang ditentukan pada saat mengambil ITE tersebut., seumur hidupnya.Semua murid SD tentunya mengejar untuk masuk ke EM1. Sejak dini mereka harus bersaing dengan teman-teman (musuh) seangkatannya. Persaingan bahkan sudah dimulai pada jam kedatangan sekolah. Sekolah dimulai pada jam 08.00 tapi para murid sudah terbiasa ada di sekolah sejak jam 5.30 pagi. Sebetulnya hal ini tidak mempengaruhi penilaian guru, tapi pada anak-anak kecil itu sudah tertanam semangat “gancheong” atau ketergesaan, jangan kalah cepat dengan murid lainnya.Selain pendidikan sekolah formal, berbagai bekal untuk bersaing harus disiapkan. Sejak dini. Lebih cepat lebih baik. Ada pernah membaca sebuah liputan mengenai seorang anak berusia 4 tahun telah didaftarkan enam macam kursus: kumon (agar cepat pandai berhitung), piano (agar otak kiri-kanan seimbang), mengarang (agar lulus General Papers di JC), bahasa Inggris (bahasa pergaulan), bahasa Mandarin (sebagai kiblat dunia), dan balet (melatih gerak motorik).Berhasil masuk universitas hanyalah satu kemenangan dari persaingan. Universitas merupakan arena persaingan dan perjuangan berikutnya. Untuk meningkatkan daya saing mahasiswa, Pemerintah Singapura memberikan bea siswa kepada siswa-siswa pintar yang berasal dari Cina, India dan Indonesia. Dengan kehadiran talent baru ini, diharapkan persaingan akan semakin sengit. Siswa-siswa asing ini melakukan berbagai upaya untuk memperoleh nilai tambahan, termasuk tidur di perpustakaan dan mencari kerja di kampus, pada saat mahasiswa Singapura menikmati kegiatan-kegiatan hiburan kemahasiswaan. Semua upaya ini dilakukan dengan penuh rahasia agar yang lain tidak punya kesempatan yang sama. Informasi adalah salah satu sumber keunggulan.

Kerja keras adalah bentuk persaingan berikutnya. Jam kerja umumnya adalah 8.30 sampai 19.00, tapi umumnya para pekerja baru pulang jam 21.00. Dan untuk cepat dipromosikan harus menunjukkan kemampuan untuk bekerja keras, pulang jam 03.00 pagi setiap harinya dan mendewakan pekerjaan di atas kehidupan dan segalanya.Menjadi pemenang dalam persaingan ini tentu ada imbalannya, yaitu yang dikenal dengan 5 C (condominium, car, cash, credit card, dan country club membership). Dengan memiliki kelima C ini makan seseorang dianggap berhasil. Selain itu, ada perayaan-perayaan kecil atas kemenangan, dalam bentuk kemewahan makan enak dan berbelanja barang bermerek. Makan dan belanja.Namun bagi orang Singapura, bukan sekedar imbalan yang mereka kejar. Mereka lebih berusaha untuk menghindari kegagalan. Di negara ini tidak ada tempat untuk orang yang gagal, karena jika kegagalan diberikan toleransi, maka semangat untuk menang dalam persaingan bisa berkurang. Tidak ada kesempatan kedua untuk orang-orang yang gagal. Kegagalan bukanlah keberhasilan yang tertunda. Kegagalan adalah kematian, hilangnya masa depan. Sementara itu kemenangan tidak lama dapat dirayakan karena arena persaingan berikutnya menunggu. Ada yang menang dan ada yang kalah. Sehingga tersaring menjadi pemenang sejati adalah orang-orang terbaik yang bisa membawa negeri menjadi pemenang global. Survival of the fittest.

Hidup di lingkungan yang mengharuskan orang untuk selalu bersaing menciptakan budaya kiasu. Sebetulnya kiasu memiliki arti takut kalah. Tapi orang Singapura lebih mengartikan kiasu sebagai suatu sifat ambisius, suka bersaing, tidak pernah mau kalah dan tangkas mencari keuntungan untuk diri sendiri. Persaingan menjadi bagian dari darah daging. Hampir seluruh aspek kehidupan menjadi arena persaingan, termasuk berebut tiket gratis nonton parade kemerdekaan atau bersaing untuk mendapatkan meja di foodcourt, dan dalam berbagai permainan, seperti monopoli. Kegagalan sebagai kematian menyebabkan munculnya sindroma kiasi, yang artinya fear of death. Kiasi dicerminkan dengan sikap yang terlalu takut mengambil risiko, sekecil apapun yang dapat menyebabkan kegagalan. Termasuk takut untuk bermimpi, karena bermimpi adalah mengharapkan sesuatu yang tinggi dan hampir tidak mungkin untuk diwujudkan. Risiko kegagalan terlalu besar. Orang Singapura menjadi sangat realistis. Cita-cita dapat dikorbankan, tugas sehina apapun dapat dikerjakan, etika dapat dikompromikan, selama stabilitas ekonomi dan keamanan jalan menuju keberhasilan terjaga. Budaya persaingan yang diciptakan oleh pemerintah menimbulkan efek samping. Tidak semua orang menjadi pemenang dan tidak semua orang pula ingin hidupnya diteror persaingan. Tingkat pembunuhan pada diri sendiri di Singapura relatif tinggi. Pada tahun 2006 terdapat 416 kasus bunuh diri, atau dengan kata lain setiap hari paling tidak ada satu orang yang bunuh diri, dan kadang-kadang lebih dari satu. Jumlah ini meningkat 21% dari angka bunuh diri di tahun 2003. Peningkatan ini berkat kontribusi pelajar yang semakin banyak bunuh diri. Dari info dan berita, banyak bercerita bahwa di JC setiap bulannya ada satu kasus bunuh diri, baik dengan melompat di selat Singapura dekat sekolah atau dari gedung sekolah dan tempat tinggal mereka. Upaya lain untuk bunuh diri yang juga banyak dilakukan oleh warga Singapura adalah dengan melompat ke rel MRT dan minum obat tidur.

Hidup adalah perhitungan

Kehidupan dengan persaingan yang ketat memaksa orang Singapura untuk harus memiliki perhitungan yang ketat untung rugi atas sesuatu tindakan yang dilakukan, termasuk pilihan kombinasi paket yang paling hemat di gerai cepat saji, perhitungan dampak keterlambatan 1 menit jadwal MRT, dan berbagai aspek kehidupan. Apalagi untuk masalah uang. Sen per sen sangat diperhitungkan. Kesempatan undian atau promosi yang memberikan hadian goodybag, free parking ticket, atau bentuk-bentuk gratisan lainnya akan diserbu dan membentuk antrian yang panjang. Dan semua perhitungan dapat ditranslasi dalam bentuk uang. It’s all about the money. Inilah perwujudan dari economic animal yang sempurna.Dengan perhitungan ekonomi yang ketat, orang Singapura merasa tidak ada manfaatnya untuk bersilaturahmi dan mempertahankan pertemanan dengan orang-orang yang diprediksi tidak akan memberikan manfaat baginya di masa depan. Orang Singapura juga merasa rugi untuk menolong orang lain. Jangankan menolong orang yang pingsan di MRT. Sekedar untuk memberitahu lokasi sebuah gedung kepada orang yang kebingunganpun tidak mereka lakukan. Mungkin bagi mereka adalah kesalahan orang yang pingsan atau tersesat, tidak menjaga kesehatan dan membawa peta. Padahal pertolongan tersebut sekedar menyisihkan sedikit waktu. Apalagi bentuk-bentuk pertolongan dalam bentuk uang.Dalam sistem kehidupan di Singapura, orang harus bertanggung jawab dan mandiri tanpa bantuan orang lain. Prinsip dasarnya adalah tolonglah diri sendiri sebelum mampu menolong orang lain. Jika semua orang dapat menolong dirinya sendiri, pada akhirnya tercipta masyarakat yang tidak memerlukan sistem tolong menolong. Selain itu, kemudahan untuk memperoleh pertolongan akan melemahkan daya juang dan daya saing. Itulah aspek kemanusiaan dari economic animal.Untuk dapat hidup tanpa pertolongan orang lain maka setiap orang harus punya perencanaan dan perhitungan yang baik atas keputusan dan tindakan yang akan dilakukan. Semuanya harus dipikirkan dua tiga langkah di depan dan setiap detil harus dipertimbangkan. Tidak masuk akal bagi orang Singapura untuk hidup secara spontan, mengalir dan penuh kejutan. Setiap orang sudah harus mampu untuk melihat masa depan dirinya. Setiap orang harus punya blue print tentang dirinya. Kegagalan hanya terjadi dari perencanaan yang tidak akurat atau pelaksanaan rencana yang tidak disiplin. Semuanya akibat kesalahan pada diri sendiri, tidak ada alasan ataupun dalih. Hanya ada hukuman yang pantas agar di kemudian hari tidak melakukan kesalahan yang sama. 

Hidup adalah perjuangan

Orang Singapura menyadari bahwa menjadi pemain global membutuhkan perjuangan yang berat. Untuk mempersiapkan para pemenang global, proses pendidikan haruslah lebih berat dibandingkan kehidupan nyata. Sehingga dapat dihasilkan lulusan yang tangguh, tahan banting, dan siap memenangkan berbagai pertarungan.Proses pendidikan di singapura bagaikan teror. Beban kuliah sangat berat. Sering para mahasiswa merasa malas bangun pagi karena harus menghadapi penderitaan melaksanakan tugas. Ada yang sampai harus tidur di kardus agar tidurnya tidak terlalu nyenyak dan secepatnya dapat bangun. Tidur adalah salah satu kegiatan yang dapat mengganggu pencapaian cita-cita. Menikmati tidur dapat menjadi sumber kegagalan.Menjadi mahasiswa juga harus siap menghadapi penghinaan dan caci maki dari dosennya. Mereka harus siap menghadapi ketidak-mengertian dosennya bahwa ada mahasiswa yang begitu bodohnya dengan tingkat kebodohan yang tidak masuk akal. Mereka harus bisa menghadapi tekanan dan menembus batas kemampuan yang mereka miliki agar tidak mengalami kegagalan di sisa hidupnya. Kelulusan kuliah adalah kesiapan untuk menghadapi beban kerja sebesar apapun dan perlakuan dari atasan seburuk apapun. Mereka disiapkan menjadi lulusan yang berdaya juang tinggi.Berjuang tidak mengenal titik batas. Setiap orang harus siaga menghadapi berbagai situasi pertempuran. Sayangnya tidak semua orang mampu melewati masa penggemblengan. Mahasiswa yang tidak kuat akan memilih bunuh diri ataupun memecahkan kaca ruang kelas dengan membenturkan kepalanya. Sebagian mahasiswa pasti pernah berpikiran untuk membebaskan diri dari penderitaan hidupnya. Sebagian lagi terpaksa harus putus sekolah akibat menderita depresi.

Semoga ini bisa menjadi pelajaran. Bukan hanya untuk diri kita sendiri, tapi mengacu pada perubahan bangsa Indonesia ini yang dimulai dari diri sendiri.

Sekian ^_^ 

No comments:

Post a Comment

Thanks ! ! for leave a comment...